Era Pak Harto menteri dibuang jadi dubes, kini malah minta





Kabarbaru.info -  Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Yuddy Chrisnandi mengatakan dirinya ingin menjadi Duta Besar jika diizinkan oleh Presiden Jokowi. Hal itu dia sampaikan kepada Jokowi di Istana Negara.
"Ya memang saya ditawarkan oleh Bapak Presiden. Bapak Presiden mempertanyakan, apakah Pak Menpan punya ekspektasi tugas ke mana?, Saya katakan, terima kasih pak. Ya kalau bapak percaya ke saya cukuplah saya jadi Duta Besar di negara kecil juga nggak apa-apa," kata Yuddy di kantor KemenPAN-RB, Jakarta, Rabu (27/7).

Sekarang menteri malah minta jabatan duta besar. Ada cerita menarik bagaimana dulu duta besar adalah jabatan paling tak diinginkan. Jangankan minta, dipilih saja sakit hati.

Di era Orde Baru, Presiden Soeharto terkenal suka membuang para menteri, jenderal atau pejabat yang tak lagi sejalan dengannya menjadi duta besar.

Istilah 'Didubeskan', jadi terkenal. Mereka yang kritis atau dianggap bakal jadi pesaing, diasingkan ke luar negeri. 

Sebut saja Brigjen Sarwo Edhie Wibowo yang hendak digeser jadi Duta Besar di Moskow, Rusia. Saat itu Sarwo sangat terkenal di Indonesia. Popularitasnya jauh melebihi Soeharto. 

Sarwo sangat terpukul saat mendengar tugas baru itu. Walau akhirnya batal ke Rusia, namun beberapa tahun kemudian Sarwo Edhie akhirnya menjadi Duta Besar di Korea Selatan.

Begitu juga dengan Kapolri Jenderal Hoegeng. Beredar kabar Hoegeng dipecat karena mengusik sepak terjang kroni keluarga Cendana.

Hoegeng menghadap Soeharto, dia menanyakan kenapa dicopot. Secara tersirat Soeharto berkata tak ada tempat untuk Hoegeng lagi. 

Dengan tegas Hoegeng menjawab. "Ya sudah. Saya keluar saja," katanya.

Soeharto menawari Hoegeng dengan jabatan sebagai duta besar atau diplomat di negara lain. Sebuah kebiasaan untuk membuang mereka yang kritis terhadap Orde Baru. Hoegeng menolaknya.

"Saya tidak bisa jadi diplomat. Diplomat harus bisa minum koktail, saya tidak suka koktail," sindir Hoegeng.

Para jenderal loyalis Soeharto yang akhirnya berbalik kritis pun 'Didubeskan'. Sebut saja Letjen HR Dharsono yang jadi Dubes di Bangkok, Thailand. Atau Letjen Kemal Idris yang dikirim ke Yugoslavia.

sumber : merdeka.com